BOOKING TIKET PESAWAT

Setuju

Setuju. Info sangat penting tentang Setuju. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Setuju

Saya ndak mau ngomong bagaimana seharusnya menanggapi gerakan "Say No to Mega" itu. Hanya saja, kenapa halaman di facebook itu dianggap sebagai kampanye yang kebablasan waktunya, bahkan dianggap black campaign. Sebenarnya kampanye itu yang bagaimana sih? Saya rasa halaman di facebook itu ndak mewakili parpol tertentu, jadi, ndak cocok kalau disebut kampanye. Terus, ada lagi yang bilang itu sebagai taktik adu domba. Siapa diadu sama siapa? Bagi saya, halaman di facebook itu hanya salah satu cara menemukan saluran terbuka. Masa’ calon pemilih yang terus-menerus dicekoki orasi dari jurkam. Mereka juga perlu wadah untuk menyampaikan uneg-uneg, menyampaikan aspirasi, mengkritik para calon pemimpin. Mungkin yang perlu dibahas, kenapa ya koq bisa muncul halaman "Say No to Mega" itu? Sebab ada pepatah lama yang bunyinya begini, ndak mungkin ada asap kalau ndak ada api. Iya, ndak? Mungkin posting tentang pelaksanaan tugas saya sebagai KPPS ini terlambat dipublish. Sebab kejadiannya sudah dua hari yang lalu. Tapi ndak apa, ini bukan laporan pelaksanaan pemilu. Lebih baik terlambat dari pada ndak sama sekali. Intinya, blog ini butuh bahan untuk update. Meskipun saya sudah pernah bikin posting dengan tema yang sama, tapi itu cerita yang lain. Walaupun tempatnya masih sama, dan sebagian besar orang-orangnya ya masih yang itu-itu juga. Cerita ini tetap punya suasana yang lain. Sebab pada hari itu, saya yakin semua orang merasakan bahwa ada sesuatu yang jadi makin bertele-tele. Tanggal 9 April kemarin kami mengawalinya sebelum jam 8 pagi. Kami sudah berada di TPS sebelum jam 6.30. Tugas dimulai tepat jam 7 dengan membaca sumpah. Berikutnya membuka kotak suara dan mengeluarkan semua perlengkapan logistik. Kami sudah menduga ini akan makan hampir satu jam. Lebih dari delapan ratus lembar lebih surat suara yang harus diperiksa. Untung aja semua ndak ada yang salah. Kalau saja ada kekeliruan, ini akan jadi pemilu yang paling menyebalkan dalam sejarah hidup saya. Coba, bisa sampeyan bayangkan, untuk membuka surat suara saja, rasanya bilik suara harus dibuat tiga kali lebih luas dari yang dipakai pada hari itu. Setelah terbuka, harus dicari nama-nama orang yang ndak tau sudah beri janji apa saja. Lupa. Seorang adik sepupu saya, yang juga jadi anggota KPPS, lebih suka memilih caleg yang namanya mirip dengan nama bapaknya. Dari pada ndak ada yang dipilih, bilangnya. Saya tertawa mendengar itu. Semua orang sepertinya hanya menyerahkan negeri ini pada dunia mimpi. Apa yang bisa diharapkan dari orang yang merasa harus mengambil kembali uang yang sudah dihamburkannya? Mudah-mudahan ini bukan proyek konyol. Pemilu yang terasa jadi makin bertele-tele, membosankan, merepotkan banyak orang. Untuk menghitung jumlah suara yang masuk saja, harus habiskan waktu hingga larut malam. Mengisi berita acara yang makin seabrek. Heran, semakin lama negeri ini berdemokrasi, kenapa ndak bisa makin mudah dan praktis ya? Jika sistemnya ndak diperbaiki, saya ndak akan jadi heran kalau pada periode nanti jumlah golput akan makin banyak.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger